Definisi
Arus Kas
Arus kas merupakan arus
masuk dan keluar dari suatu perusahaan. Arus kas disajikan dalam suatu laporan
arus kas. Arus Kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas (cash
equivalent) atau investasi yang sifatnya sangat likuid,berjangka pendek dan
yang cepat dapat di jadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko
perubahan nilai yang signifikan (Ikatan Akuntan Indonesia 2004 : 22). Arus Kas
adalah arus kas masuk operasi dengan pengeluaran yang dibutuhkan untuk
mempertahankan arus kas operasi dimasa mendatang (Brigham dan Houston 2001 :
47)
Jadi Dari kedua
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Arus Kas adalah arus kas masuk dan
arus kas keluar atau setara kas dalam periode tertentu yang berjangka pendek
dalam pengelolaan uang yang dimiliki perusahaan.
Laporan
Arus Kas
Cash flow statement atau laporan
arus kas
adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang
dihasilkan pada suatu periode
akuntansi yang menunjukkan aliran masuk dan keluar uang (kas)
perusahaan.
Dalam proses
pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas serta keputusan perolehannya.
Perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan harus menyajikan laporan
tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dilaporan keuangan untuk periode
penyajian laporan keuangan.
Agar menghasilkan
keuntungan tambahan, perusahaan harus mempunyai kas untuk ditanamkan kembali.
Keuntungan yang dilaporkan dalam buku belum pasti dalam bentuk kas. Sehingga
dengan demikian perusahaan dapat mempunyai jumlah kas yang lebih besar atau
lebih kecil daripada jumlah keuntungan yang dilaporkan dalam buku.
Menurut Arthur, J.
Keown, David F. Scott Jr, Jhon D. Martin, J. William Petty (2001:678) setiap
usulan pengeluaran modal (capital expenditure) selalu mengandung dua macam arus
kas, yaitu:
a. Arus
kas keluar netto (Net outflow of cash), yaitu: arus kas yang diperlukan untuk
investasi baru.
b. Arus
kas masuk netto (Net inflow of cash), yaitu: sebagai hasil dari investasi baru
tersebut, yang sering disebut “Net cash proceeds.”
Pada dasarnya ada
beberapa motif (dorongan) yang menyebabkan perusahaan perlu memiliki sejumlah
kas. Dorongan-dorongan inilah yang menentukan jumlah kas yang harus dimiliki
perusahaan. Motif-motif tersebut, antara lain:
1. Motif
Transaksi (Transaction Motive).
Motif Transaksi
dimaksudkan bahwa perusahaan membutuhkan sejumlah uang tunai untuk membiayai
kegiatannya sehari-hari, seperti: untuk gaji dan upah, membeli barang, membayar
tagihan dan pembayaran hutang kepada kreditur apabila jatuh tempo.
2. Motif
Berjaga-jaga (Safety Motive / Precautionary Motive).
Motif Berjaga-jaga dimaksudkan untuk berjaga-jaga terhadap kebutuhan yang mungkin terjadi, tetapi tidak jelas kapan akan terjadinya, seperti: kerusakan mesin, perubahan harga bahan baku, kebakaran dan kecelakaan.
Motif Berjaga-jaga dimaksudkan untuk berjaga-jaga terhadap kebutuhan yang mungkin terjadi, tetapi tidak jelas kapan akan terjadinya, seperti: kerusakan mesin, perubahan harga bahan baku, kebakaran dan kecelakaan.
3. Motif Spekulatif (Speculative Motive).
Motif Spekulatif
dimaksudkan untuk mengambil keuntungan kalau kesempatan itu ada, seperti:
perusahaan menggunakan kas yang dimilikinya untuk diinvestasikan pada sekuritas
(saham atau obligasi) dengan harapan setelah membeli sekuritas tersebut
harganya akan naik.
4. Motif Compensating Balance
Motif ini sebenarnya
lebih merupakan keterpaksaan perusahaan akibat meminjam sejumlah uang di bank.
Apabila perusahaan meminjam uang di bank, biasanya bank menghendaki agar
perusahaan tersebut meninggalkan sejumlah uang di dalam rekeningnya. Misalnya:
suatu perusahaan meminjam dana dari bank sebesar Rp 500 juta dan bank
mengharuskan perusahaan memiliki simpanan di bank tersebut dengan saldo Rp 50
juta. Jumlah inilah yang disebut sebagai compensating balance.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus